Batman Begins - Help Select filosofi kopi: As-shodiq politikus Ilahi
Efek Blog

Minggu, 08 Desember 2013

As-shodiq politikus Ilahi




Telah kembali kerahmat Allah, seorang ayah yang penyayang, seorang suami yang lembut, juga guru yang penuh wibawa sekaligus pemegang panji keimamahan yang tegas dan adil.
Gelarnya adalah Asshodiq yang terlahir dari sulbi-sulbi suci keturunan Rasulullah saw melalui rahim ibunya. Beragam warisan yang telah beliau tinggalkan kepada kita terutama dibidang ilmu, bukti nyatanya adalah bahwa hadis riwayat dari jalur Asshodiq menempati urutan tertinggi dalam kuantitas dibanding Imam-imam suci yang lain. Itu semua disebabkan oleh adanya pergolakan politik yang terjadi antara Bani Umayyah yang diserang oleh Bani Abbasiyah, sehingga pemboikotan terhadap ahlulbait sedikit mengendor. Dan akhirnya memberikan ruang bagi Imam  untuk mengajarkan ilmu dan mengkader masyarakat sebanyak mungkin dalam segala macam disiplin ilmu
Pengaruh pemikiran dan politik yang berkembang pada masa itu merusak akal masyarakat islam. Politik yang dimainkan Bani Umayyah telah menciptalan situasi dan kondisi yang menyuburkan pemikiran ateisme serta membangkitkan semangat kesukuan. Moralitas ummat menjadi rusak, padahal slogan-slogan iman dan ketakwaan banyak didengungkan pada masa beliau.
Ummat menjadi tak bermartabat, karena moralitas Rasulullah telah mereka tinggalkan.
Imam tidak terprovokasi oleh suasana perebutan kekuasaan pada waktu itu. Dengan keluasan ilmunya beliau dapat membaca kondisi dari berbagai sudut pandang. Karena pada realitasnya, bukan hanya kekusaan yang sedang terguncang akan tetapi pemikiran islam yang dibangun Rasulullah mulai mendapat serangan-serangan terutama oleh pemikiran ateisme. Mereka para musuh islam, memanfaatkan suasana ini sebagai senjata yang tepat untuk menyebarkan dan mengajarkan penyimpangan-penyimpangan pemikiran dalam islam. Tak hanya itu, Al-Qur’an dan tafsirnya diterjemahkan berdasarkan kepentingan politik khalifah yang gila harta. Kemudian dilanjutkan dengan percetakan hadist-hadist palsu yang memuji-muji para khalifah pada zaman Bani Umayyah seperti Muawiyah dan anak-cucunya. Tak berhenti disitu, sejarah pun diputar balikkan dengan menceritakan kisah-kisah Rasulullah yang sangat kontradiktif dengan keharusan maksumnya seorang nabi. Salah satu penjajahan sejarah ini dengan menyebutkan bahwa Nabi mendengarkan para jariyah bernyanyi dan menabuh rebana.
Para ulama dan penggagas pemikiran islam juga ikut andil dalam goncangan politik ini. Mereka menyusun ilmu kalam, fikih dan tafsir untuk berkhidmat kepada penguasa Bani Umayyah. Dan mulai mempopulerkan akidah Al-jabr, yang menyakini bahwa semua perbuatan baik dan buruk adalah kehendak Allah secara mutlak, bukan kehendak manusia. Kemudian para pembesar Mu’tazilah yang berteduh dibawah kekuasaan penguasa juga mulai menyebarkan ajarannya keseluruh penjuru negeri.
Melihat kondisi yang semacam ini, Imam lebih mementingkan penyelamatan ajaran murni islam daripada mengurusi kekuasaan yang harusnya menjadi hak beliau. Beliau lebih menyikapi goncangan moral dan spiritual umat. Dalam menyikapi perebutan kekuasaan yang kian memanas ini, beliau hanya mendoktrin pengikutnya untuk tidak sesekali meminta peradilan atau hukum dari penguasa, karena para penguasa dholim zaman itu adalah thagut yang diharamkan untuk meminta peradilan dari mereka. Imam bersabda, “Jangan pernah seorang Mukmin mengadukan orang Mukmin yang lain dalam suatu sengketa kepada hakim atau penguasa yang dholim, karena dia akan memutuskan dengan hokum selain Allah. Jika demikian maka dia elah bekerjasama dalam perbuatan dosa.”
Selanjutnya beliau lebih aktif dalam menjaga pemikiran, moral, dan spiritual umat yang mulai terkotori oleh tangan-tangan penguasa. Langkah-langkah penyelamatan yang beliau lakukan adalah:
·        Membuka lebar ruang diskusi bersama mereka, agar semua masalah dan keraguan umat dapat terselesaikan.
·        Mengajarkan syariat. Beliau dengan intensif mengkader umat sehingga murid beliau tak kurang dari 4000 orang. Dan merekalah yang akan membantu Imam dalam menghadapi perang politik dan pemikiran pada saat itu.
·        Menjaga Al-Qur’an dari orang-orang yang berusaha menjadikannya sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan politik.
·        Melakukan gerakan moral dan spiritual demi mengobati moralitas dan spiritual umat yang telah digerogoti penyakit-penyakit yang membahayakan iman

Poin penting yang bisa kita ambil dari langkah politik Imam adalah dalam menyikapi suatu masalah yang bersangkutan dengan maslahat umat, kita harus memandangnya dari berbagai sisi. Sehingga kita bisa bertindak dengan tindakan yang terbaik. Coba bayangkan jika pada waktu seperti ini, perebutan kekuasaan lebih diprioritaskan dari pada penyelamatan pemikiran dan moralitas umat. Apa jadinya umat ini? Mungkin kekuasan akan ada ditangan, akan tetapi umat tidak lagi menjadi umat Muhammad yang bermoral dan bermartabat.

            Pada zaman ini, para syiah Ahlulbait as juga mendapat teror dan serangan dari berbagai arah. Dalam menyikapi hal seperti ini kita tak boleh gegabah. Kita harus banyak belajar dari sejarah, bagaimana para Imam suci bertindak dalam keadaan seperti ini. Apakah bangkit atau diam, jangan sampai akhirnya kita salah langkah sehingga menjadikan manfaat bagi musuh-musuh islam.
Selamat jalan Wahai Imam, Wahai Guru, Wahai Politikus Ilahi

0 komentar:

Posting Komentar