Maktab Tasyayyu’ atau Mazhab Ahlulbait
memiliki faktor-faktor dan peran-peran penting yang mampu menggiringnya untuk
meraih dan mendulang kemenangan, dengan faktor-faktor inilah sehingga maktab
ini tidak saja mampu menjaga dan mempertahankan dirinya dari cengkeraman dan
ancaman tangan-tangan musuhnya, bahkan hal-hal tersebut jualah yang telah
menjadikannya semakin hari semakin dewasa, berkembang dan mampu menyadarkan
masyarakat Islam lainnya dari tidur mereka yang lelap. Dan salah satu dari
faktor penting tersebut adalah ritual Asyura.
Kebangkitan Imam Husain As dan ritual Asyura
merupakan sepercik semangat yang mampu memantik dan membangunkan bangsa-bangsa
untuk melakukan revolusi dan memberikan perlawanan mereka di hadapan
kekuatan-kekuatan tirani dan arogan, karena dengan memperhatikan slogan-slogan
Husain As yang sarat dengan semangat, keberanian, antusiasme, sekaligus
diiringi dengan kelembutan seperti “Sesungguhnya kehinaan sangat jauh dari
kami”, “Sesungguhnya aku ingin melakukan amar makruf dan nahi munkar” dan
sebagainya telah mampu memicu munculnya kekuatan di dalam diri manusia untuk
berontak di hadapan pelanggaran hak-hak asasi manusia dan memberanguskan segala
penyimpangan yang terjadi di dalam agama Islam yang suci.
Kita bisa menyaksikan contoh dari hal ini
dengan baik pada revolusi Islam yang terjadi di negara Iran dalam perlawanannya
versus Irak, bahkan pada perlawanan-perlawanan dan revolusi-revolusi yang
terjadi di Negara-negara Islam dan non Islam lainnya.
Pada bulan Desember tahun 1984 Fakultas
Sejarah Universitas Tel Aviv bekerjasama dengan Lembaga Observasi Syiluhah
-sebuah Lembaga Penelitian Swasta yang memiliki hubungan dengan rezim Yahudi-
menyelenggarakan sebuah konferensi yang dihadiri oleh sekitar tiga ratus
pengamat Syiah Dunia tingkat pertama, dimana dalam waktu yang relatif singkat,
yaitu selama tiga hari, mereka mampu menyajikan tiga puluh buah makalah.
Berdasarkan perkataan Martin Cramer, salah satu dari Pengamat Syiah Dunia yang
adalah juga ketua panitia penyelenggara konferensi ini, tujuan utama
diselenggarakannya konferensi ini tak lain adalah untuk mengenal
pemahaman-pemahaman asasi yang berlaku dalam kultur dan kebudayaan Syiah
Itsna Asyara (Syiah Dua Belas Imam atau Syiah Imamiyah), kemudian
mengidentifikasi revolusi Islam yang terjadi di Negara Iran. Orang-orang
penting yang hadir di dalam konferensi ini bisa disebutkan antara lain seperti
Daniel Brumberg, Marvin Zunis, Michael M. J. Fisher, Bernard Lewis, Martin
Cramer sendiri, serta para pengamat Syiah dan para pengamat Orientalis lainnya.
Makalah yang mereka sajikan pada konferensi
ini seratus persen merupakan makalah yang detail, observatif, bersandar pada
teks-teks penelitian yang paling rumit, dan berisi tentang metode-metode paling
mendalam dalam menganalisa agama, aliran, mazhab, kultur dan peradaban. Pada
ceramah pembukaannya, Martin Cramer sebagai ketua panitia menyebutkan bahwa
tujuan pokok dari pengidentifikasian pemahaman-pemahaman mendasar dalam kultur
Syiah adalah untuk mengenal revolusi Islam.
Setelah melakukan berbagai pembahasan dan
analisa, konferensi ini menyimpulkan adanya dua pemahaman penting dan fundamen
yang menjadi titik poin parameter wacana, analis, serta indikasi. Dalam
pandangan para pengamat Syiah ini, wacana yang memegang parameter pertama adalah
pandangan yang dimiliki oleh para penganut Syiah terhadap tragedi padang
Karbala dan hubungan langsung serta terilhaminya revolusi-revolusi berdarah
yang terjadi di kalangan para Syiah dengan tragedi padang Karbala yang terjadi
pada tahun 61 Hijriah ini.
Dalam konferensi ini diketengahan pula
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Imam Husain As, dimana salah satunya
berupa sebuah makalah yang bertajuk “Tasyayyu’ Dalam Riwayat Imam Khomeini”.
Makalah ini ditulis oleh Marvin Zunis dan Daniel Brumberg. Pada sebagian dari
makalah ini dituliskan, “Penegasan syahadah dalam akidah dan keyakinan Imam
Khomeini menunjukkan bahwa syahadah memegang peran yang penting dan istimewa
dalam tasyayyu’. Meskipun pemahaman syahadah merupakan suatu hal yang tidak
asing pula dalam pemikiran para penganut Sunni, akan tetapi di dalam aliran ini
pemahaman syahadah tidak mempunyai posisi yang fundamental dan asasi, karena
Islam Sunni tidak terilhami oleh seorang sosok mazhabi semacam al-Husain (As)
yang rela mengorbankan dirinya di jalan akidah dan keyakinannya. Akan tetapi
tidak demikian halnya dengan yang terjadi dalam pemikiran Tasyayyu’ Itsna
Asyara, tema kesyahidan al-Husain (As) hingga kesyahidan seluruh Aimmah
(As) merupakan sebuah persoalan yang sangat prinsip. Husain (As) dengan
pengorbanan yang dipersembahkannya di jalan Islam telah mampu menempatkan dan
menentukan kewajiban-kewajiban yang harus diemban dalam pundak-pundak
generasi-generasi Syiah selanjutnya, sedemikian sehingga mereka memiliki slogan
terkenal yang berbunyi, “Seluruh tahun adalah Muharram, seluruh hari adalah
Asyura, dan seluruh bumi adalah Karbala”, dengan artian bahwa peringatan
syahidnya al-Husain (As) akan senantiasa diingat dan dikenang oleh mereka
dengan prosesi dan ritual-ritual yang menggelora dan sarat dengan
kandungan-kandungan hakiki Karbala untuk mengagungkan kesyahidan beliau. Dan
tema inilah yang telah memberikan warna, kandungan dan sensasi yang luar biasa
dalam pemahaman Tasyayyu’.”
Dalam seminar lain yang dihadiri oleh
orang-orang penting seperti Michael Voco, Clear Barier, Pir Blansh –dua orang
terakhir adalah wartawan ternama dari surat kabar Perancis- mengemukakan
persoalan-persoalan yang sangat sensitif dalam kaitannya dengan kebangkitan dan
revolusi Imam Husain As serta peran beliau dalam kultur dan peradaban Syiah
Imamiah, Clear Barier dalam seminar tersebut mengatakan, “Di Negara Iran,
demonstrasi terjadi dalam makna yang hakiki dan riil, oleh karena itu akan
lebih tepat apabila kita mengatakannya dengan kata ‘Penyaksi’. Di Negara Iran,
seluruh masyarakat berbicara tentang Husain, dan siapakah Husain ini
sebenarnya?”[1]
Sebagaimana yang telah dikatakan, ketika para
musuh ini menyadari akan penting dan urgensinya tragedi Karbala, tradisi Asyura
dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya pada diri para pengikut Syiah
Imamiah, mereka lantas bergerak untuk mengantisipasi dan menggagalkan segala
aspek-aspek yang ditimbulkannya dalam bentuk dan ukuran sekecil apapun. Salah
satu dari tindakan yang mereka lakukan adalah mencuatkan keraguan-keraguan
dalam kaitannya dengan tragedi Karbala dan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengannya. Oleh karena itu ada baiknya jika keraguan-keraguan ini kita letakkan
sebagai view poin pembahasan dan analis, lalu kita berikan jawaban yang kuat
untuknya. Keistimewaan yang dimiliki oleh kitab yang berada di hadapan para
pembaca ini adalah karena ia ditulis berdasarkan hal-hal di atas dan memberikan
analisa terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengannya dari pandangan
kalam dan sejarah, kitab ini juga mengungkapkan dan menyajikan pembahasannya
dalam bentuk yang jelas dengan tetap menjaga prinsip asasi dari titik poin
pembahasan, dan analisa bahasannya disertai dengan berbagai argumentasi dari
al-Quran, hadis dan argumentasi rasional, dengan demikian akan raib dan
hilang-lah media-media serta lahan-lahan yang memunculkan dan menciptakan
keraguan-keraguan, dimana salah satunya berkaitan dengan tragedi agung ini.
Kami berharap gerak dan tindakan ini akan
mendapatkan setitik perhatian dari Aba Abdillah al-Husain As dan akan
memberikan manfaat dalam langkah untuk mencari kebenaran dan hakikat.
Penulis mengharapkan dari seluruh pembaca,
terutama para ulama dan para cendekiawan untuk memaafkan segala kekurangan dan
memberikan saran-saran konstruktif untuk memperbaikinya.
Dan pada akhirnya penulis menghaturkan segala
rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya kitab
ini, semoga segalanya mendapatkan balasan dan pahala dari sisi Tuhan Yang Maha
Tinggi.
Imam Husain As Perspektif Ahlussunnah
Dengan merujuk pada kitab-kitab hadis dan
kitab-kitab terjemahan Ahlu Sunnah, kita akan memahami bahwa di mata mereka,
Imam Husain As memiliki kedudukan yang terhormat dan memiliki keagungan yang
istimewa.
Dan di bawah ini kami akan mengetengahkan
sebagian dari biografi beliau:
Kelahiran Imam Husain As
- Ibnu Abdul Barra menuliskan: “Husain bin Ali bin Abi Thalib dengan kuniyah Aba Abdillah, lahir pada tanggal 5 Sya’ban tahun ketiga atau keempat Hijriyah dari seorang ibunda bernama Fatimah az-Zahra yang adalah putri Rasulullah saw. Dan ini merupakan pendapat dari kalangan pengikutnya.”[2]
- Pada kitab Akhbar ad-Duwal dituliskan, “Ketika berita tentang kelahiran Husain As sampai kepada Rasulullah saw, beliau segera mendatangi rumah putri kinasihnya Fatimah az-Zahra As, dan mengangkat bayi mungil yang baru lahir tersebut lalu mengucapkan azan di telinga kanan dan membacakan iqamah di telinga kirinya. Pada saat itu malaikat Jibrail turun dan memerintahkan kepada Rasul saw untuk memberikan nama Husain kepadanya, sebagaimana hal ini terjadi pula pada saat kelahiran Hasan.”[3]
- Sabath bin al-Jauzi mengatakan, “Kuniyahnya adalah Aba Abdillah, dan laqab serta julukannya adalah Sayyid Wafa, Wali, Sabth dan Syahid Karbala.”[4]
Ibadah Imam Husain As
- Ibnu Abdarabbah meriwayatkan bahwa seseorang telah berkata kepada Ali bin al-Husain As dengan mengatakan, “Kenapa keturunan ayahmu hanya sedikit?” Beliau menjawab, “Yang membuatku kagum justru bagaimana dia bisa memiliki keturunan sedangkan dalam sehari semalam dia melakukan shalat sebanyak seribu rekaat, dengan kondisi seperti ini bagaimana dia bisa meluangkan waktu untuk para perempuan?”[5]
- Ibnu Shabaqh Maliki meriwayatkan, “Wajah Imam Husain As akan berubah menjadi pucat pasi ketika berdiri untuk melakukan shalat. Seseorang bertanya, “Keadaan macam apa ini yang engkau perlihatkan ketika melakukan shalat?” Imam As bersabda, “Kalian tidak mengetahui di hadapan siapa aku berdiri.”[6]
- Zamakhsyari meriwayatkan bahwa suatu kali dia menyaksikan Husain bin Ali As tengah melakukan thawaf di rumah Ka’bah. Beliau bergerak melangkah ke arah maqam Ismail dan melakukan shalat di sana. Setelah selesai shalat beliau meletakkan wajahnya di atas maqam dan mulai menangis terisak-isak sambil berkata, “Duhai, lihatlah, hamba kecil-Mu tengah berdiri di depan pintu-Mu, lihatlah pelayan kecil-Mu tengah berdiri di depan pintu-Mu, dan seorang pengemis tengah berdiri di depan pintu-Mu.” dan beliau mengulang kalimat ini terus menerus. Setelah itu Imam As keluar dari tempat tersebut dan menujukan pandangannya pada sekelompok orang yang tengah menyantap sepotong roti. Imam As mengucapkan salam dan mereka membalasnya lalu mengundang beliau untuk duduk bersama mereka menyantap makanan. Imam As duduk di dekat mereka dan bersabda, “Jika makanan kalian ini bukan merupakan sedekah, maka aku akan menyantapnya bersama kalian”. Setelah menyantap makanan, kepada mereka beliau bersabda, “Sekarang bangkit dan datanglah ke rumahku”. Dan Imam As pun menjamu serta memberikan baju kepada mereka.[7]
- Dari Abdullah bin Ubaid bin Umair meriwayatkan dimana ia berkata, “Husain bin Ali As melakukan 25 kali ibadah haji dengan berjalan kaki, sementara kuda tunggangannya yang luar biasa itu berada bersamanya.”[8]
- Ibnu Abdul Barra mengatakan, “Husain As adalah seorang lelaki yang mulia dan religius. Dia begitu banyak melakukan shalat, puasa dan haji.”[9]
- Thabarri dengan sanadnya dari Dhihak bin Abdullah Masyriqi menukilkan bahwa ia berkata, “Ketika berada di padang Karbala, begitu malam tiba, Husain As dan para sahabatnya akan mengisi keseluruhan malam tersebut dengan shalat, istighfar, doa dan tadharru’.”[10]
Kesabaran Imam Husain As
- Dari Imam Ali bin Husain As diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Aku mendengar dari Husian As yang bersabda, “Jika seseorang mencemoohku di telinga kananku dan meminta maaf di telinga kiriku, niscaya aku tetap akan menerima permintaan maafnya, karena Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bersabda kepadaku bahwa beliau mendengar dari kakekku yang mulia Rasulullah saw yang bersabda, “Seseorang yang tidak menerima permintaan maaf dari selainnya, maka kelak ia tidak akan memasuki kolam -kautsar- ku, baik dia berhak maupun tidak.”[11]
- Salah satu dari budak Imam Husain As melakukan suatu perbuatan maksiat yang hal ini mengakibatkannya berhak untuk mendapatkan hukuman, Imam As memberikan perintah untuk menghukumnya. Namun si budak memohon belas kasih dari Imam As dengan mengatakan, “Wahai maula dan junjunganku! Allah Swt dalam salah satu ayat-Nya berfirman, “… dan orang-orang yang menahan amarahnya … “,[12] mendengar perkataan budaknya tersebut, Imam As lantas bersabda, “Lepaskanlah dia, aku telah meredam kemarahanku”, kembali si budak berkata, ” … dan memaafkan (kesalahan) orang ... “,[13] Imam As bersabda, “Aku telah memaafkannya”, lalu si budak melanjutkan dengan berkata, “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan“,[14] dan Imam As pun bersabda, “Engkau bebas di jalan Allah Swt”, setelah itu beliau memerintahkan supaya memberikan hadiah yang layak untuk si budak.[15]
[1] . Tahajum ya Tafawut Farhanggi, Hasan
Bulkhari.
[2] . Al-Isti’ab, jilid 1, hal. 143.
[3]. Akhbar ad-Duwal wa Atsar al-Awwal,
hal. 107.
[4] . Tadzkiratul Khawash, hal. 232.
[5] . Al-’Iqdu al-Farid, jilid 2, hal.
220.
[6] . Al-Fushul al-Muhimmah, hal. 183.
[7] . Rabi’ al-Abrar, hal. 210.
[8] . Shifat ash-Shufwah, jilid 1, hal.
321; Asad al-Ghayah, jilid 3, hal. 20.
[9] . Al-Isti’ab, jilid 1, hal. 393.
[10] .Tarikh Tabarri, jilid 5, hal. 421.
[11] . Nazhm Durari as-Simthain, Zarandi,
hal. 209.
[12] . Qs. Ali Imran: 134.
[13] . Ibid.
[14] . Ibid.
[15] . Wasilah al-Maal, Hadhrami, hal. 183.
1 komentar:
kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino
Posting Komentar